Bulan Ramadhan mengakrabkan kembali kita bersama keluarga. Apalah artinya jika kita bisa tampil sempurna di hadapan orang lain, namun ketika di depan orang- orang yang menyayangi kita, kesempurnaan itu telah habis dan yang tersisa adalah seribu satu kekurangan yang kita minta mereka untuk memakluminya?.
Bulan ramadhan juga adalah penenang jiwa bagi mereka yang senantiasa terburu- buru dalam urusan dunia, limbung dalam menapaki hari- hari yang tanpa tujuan, dan telah lelah dengan tujuan yang masih seberapa jauh dari harapan.
Bulan Ramadhan mengakrabkan kita dengan rahmat Allah SWT yang bernama perenungan. Di dunia ini, pasti kita semua memiliki salah dan pernah lupa. Namun sekali lagi, bagaimanapun buruknya kita dimasa lalu, namun masa depan kita masihlah suci. Bulan Ramadhan menggembleng kita agar larut dalam perbaikan diri sehingga kita pantas untuk dibanggakan paling tidak oleh diri kita sendiri, tentang kualitas kita dimasa depan kita.
Semoga semua tidak hanya terhenti atas nama teori, namun dapat merasuki jiwa- jiwa kita yang memang sedang gundah mencari sebuah pegangan. Lalu kenapa tidak kita berikan jeda sebentar bagi hati yang lelah itu untuk berakrab dengan Allah SWT? sebegitu sibukkah kita, sampai- sampai tiada waktu lagi untuk bertemu, bercurah dan berkeluh kesah kepada yang maha menyelesaikan masalah kita?
Belum lagi Para Shahabat dahulu bergegas ikut serta dalam perang Badar, dan peristiwa futuh mekkah (Penaklukan Mekkah) dimana pengorbanan mereka bukan lagi sekedar lelah, dan letih bershaum, membaca Qur'an, ibadah ritual yang diperbanyak, namun tindakan mereka sudah mencapai bukti ketaqwaan itu sendiri, sekaligus bukti keimanan dimana panggilan para peserta Ramadhan adalah orang-orang yang beriman.
Bukti yang diberikan Para shahabat Nabi adalah hasil penghayatan ibadah-ibadah yang meresap dihati, mereka dalam lahir bathin bertakbir dalam shalat, bertasbih dalam sujud. Bukan sekedar dilisan seperti kebanyakan kita, dan ucapan semoga, semoga lalu semoga tanpa ada niat, praktik perjuangan perbaikan dalam ketaatan dan pembuktian iman itu sendiri.
Memberikan yang terbaik kepada Robb-Nya dibulan yang terbaik Ramadhan, dalam memperkuat keimanan meyakini janji Allah SWT akan balasan pahala dan kemenangan yang terbaik yang tidak ada dibulan-bulan biasanya.
Semoga semua tidak hanya terhenti atas nama teori, namun dapat merasuki jiwa- jiwa kita yang memang sedang gundah mencari sebuah pegangan. Lalu kenapa tidak kita berikan jeda sebentar bagi hati yang lelah itu untuk berakrab dengan Allah SWT? sebegitu sibukkah kita, sampai- sampai tiada waktu lagi untuk bertemu, bercurah dan berkeluh kesah kepada yang maha menyelesaikan masalah kita?
Belum lagi Para Shahabat dahulu bergegas ikut serta dalam perang Badar, dan peristiwa futuh mekkah (Penaklukan Mekkah) dimana pengorbanan mereka bukan lagi sekedar lelah, dan letih bershaum, membaca Qur'an, ibadah ritual yang diperbanyak, namun tindakan mereka sudah mencapai bukti ketaqwaan itu sendiri, sekaligus bukti keimanan dimana panggilan para peserta Ramadhan adalah orang-orang yang beriman.
Bukti yang diberikan Para shahabat Nabi adalah hasil penghayatan ibadah-ibadah yang meresap dihati, mereka dalam lahir bathin bertakbir dalam shalat, bertasbih dalam sujud. Bukan sekedar dilisan seperti kebanyakan kita, dan ucapan semoga, semoga lalu semoga tanpa ada niat, praktik perjuangan perbaikan dalam ketaatan dan pembuktian iman itu sendiri.
Posting Komentar