Meluruskan iman,
Tawakkal dan ubudiyah nya, semata karena Allah Swt. di atas hamparan kefakiran,
Bersegera serta mohon perlindungan kepada Allah Swt.
Allah Swt. berfirman:
“Sesunggunya syetan itu tidak ada peluang (menggoda) baginya, terhadap orang-orang yang beriman, dan kepada orang-orang yang senantiasa tawakkal kepada Tuhannya.”
“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, tak ada kekuasaan atas mereka bagimu.” (QS Al-A’raaf: 198)
“Dan jika kamu ditimpa godaan syetan, maka berlindunglah kepada Allah.”
Sedangkan pelurusan iman itu dilakukan melalui:
Syukur terhadap nikmat-nikmat-Nya,
Sabar terhadap bencana,
dan ridha terhadap qadha’.
Keabsahan tawakkal dengan jalan:
Menjauhi hawa nafsu,
Melupakan makhluk, dan
Bergantung pada Yang Maha Diraja Yang Benar serta
Melanggengkan dzikir.
Apabila ada rintangan yang menghalangimu untuk sampai kepada Allah Swt, maka tetaplah dalam keteguhan.
Allah Swt. berfirman: ”Wahai orang-orang yang beriman, apabila engkau sekalian bertemu dengan kelompok (musuh), maka tetaplah kokoh, dan ingatlah kamu sekalian kepada Allah sebanyak-banyaknya, agar kamu sekalian berbahagia.”
Pelurusan ubudiyah melalui:
Pelanggengan kefakiran (terus menerus merasa fakir kepada Allah),
Merasa lemah dan
Hina di hadapan Allah.
Lawan ubudiyah adalah Rububiyah, lalu apa fungsi Rububiyah bagimu dan apa yang seharusnya dilakukan bagi Rububiyah? Maka, teguhlah dengan sifat sifat-sifatmu dan gantungkanlah dengan sifat-sifat Allah.
Ucapkanlah dari hamparan kefakiran hakiki:
“Wahai Yang Maha Kaya, kepada siapa lagi bagi si fakir selain kepadaMu”.
Ucapkanlah dari hamparan kelemahan,
“Wahai Yang Maha Kuasa, kepada siapa lagi bagi si lemah ini selain kepada-Mu.”
Ucapkanlah dari hamparan ketakberdayaan,
“Wahai Yang Maha Kuat, kepada siapa lagi bagi si lemah ini selain kepada-Mu.”
Sedangkan dari hamparan kehinaan ucapkanlah,
“Wahai Dzat Yang Maha Mulia, kepada siapa lagi bagi orang yang hina ini selain kepada-Mu.”
Engkau akan menemukan ijabah, seakan-akan ijabah itu mengikuti tanganmu.
Allah Swt. berfirman: “Mohon pertolonganlah kamu sekalian kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”
Siapa yang menetapi bumi syahwat dan masih mengikuti selera nafsunya, sementara dirinya tidak ditolong oleh TajalliNya, dan terjauhkan dari tajalli, maka ‘ubudiah-nya pada dua perkara:
Pertama, mengetahui nikmat-nikmat Allah Swt. atas karunia yang diberikan-Nya berupa iman dan tauhid. Sebab ketika Allah mencintainya, dan menghiasi hatinya, dan menjauhkan kontranya berupa kufur, fasik dan maksiat, maka ia mengatakan: “Tuhanku, Engkau memberi nikmat kepadaku dengan ini... Dan Engkau memberi namaku dengan nama “Rasyid” (yang diberi petunjuk), lantas bagaimana aku bisa berputus asa dari-Mu, sedangkan Engkau menunjukkan diriku melalui karunia-Mu, walaupun aku berbeda? Maka aku sangat berharap agar Engkau menerimaku, walaupun aku ini pengecut.” Kedua, senantiasa berkomitmen dan membutuhkan (Allah), dan Anda mengucapkan: “Selamatkanlah.. selamatkanlah... dan selamatkanlah diriku.” Tak ada jalan lain bagi orang yang yang tidak mampu dan terputus dari ibadah murni, kecuali dua perkara tersebut. Jika dua hal tersebut diabaikan, maka kesengsaraan menjadi miliknya, kejauhan menjadi kelazimannya, dan hanya kepada Allahlah tempat berlindungnya. Kerangkeng syetan itu ada empat:
Anda duduk sambil berfikir tentang faktor yang mendekatkan kepada Allah, lalu Anda mengamalkannya;
Anda berfikir tentang faktor yang menjauhkan diri Anda kepada Allah, lalu Anda menjauhi faktor tersebut;
Anda duduk berfikir tentang apa (amal) yang telah Anda lakukan, lalu Anda bersyukur dan memohon ampunan;
Anda duduk berfikir tentang dosa yang berlalu, lantas Anda memohon ampunan dan bersyukur.
Apabila Anda ingin mengalahkan musuh Anda, maka Anda harus berteguh dengan iman dan tawakkal, ubudiyah yang benar dan memohon perlindungan Allah dari syetan.
Allah Swt. berfirman: “Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan atas mereka bagimu.”
Dan firman-Nya: “Dan jika kamu ditimpa godaan syetan melalui suatu godaan, maka berlindunglah kepada Allah dari syetan.”
Jadikanlah Allah sebagai Walimu, dan jadikanlah syetan sebagai musuhmu. Maka anda bisa merdeka.
“Apakah Anda ingin agar Allah memberikan kekayaan kepadamu, sehingga melalui Anda Allah mengkayakan orang yang dicintai, atau sebagai tawasul, doa dan permohonan?”
Saya bertanya, “Bagaimana hal itu bisa pada saya?”
Syeikh menjawab, “Janganlah engkau jadikan manusia itu sebagai musuh dan kekasih. Jadikan pada dirimu, Allah sebagai Sang Kekasih.”
Saya bertanya, “Bagaimana dengan permusuhan karena Allah dan kecintaan karena Allah?”
Beliau berkata, “Hal itu bersama Allah bukan bersama ibadah dan selera nafsu. Bila engkau memusuhi atau mencintai mereka, maka lakukanlah dengan standar ilmu, dan janganlah engkau jadikan syetan sebagai walimu.“
Allah Swt berfirman: ”Barangsiapa menjadikan syetan sebagai wali, bukan Allah, maka ia benar-benar mendapatkan kerugian nyata.”
Jika engkau mencintai melalui ilmu, maka iringilah dirimu dengan ilmu yang selaras dengan ketaatan. Sebaliknya bila anda menentang, maka marahlah dengan dengan menggunakan standar ilmu, sepanjang dalam perlawanan. Sedangkan rahasia batinmu tetap duduk di atas hamparan keimanan pada yang anda cintai, dan perlawanan dilakukan menurut lahiriyahnya ilmu.
Maka camkanlah bab ini, karena seringkali orang-orang bodoh tergelincir, karena itu mohonlah perlindungan kepada Allah. Sebab, barangsiapa berusaha dan menegakkan kewajiban-kewajiban terhadap Allah Swt., maka perjuangan jiwanya benar-benar sempurna.
Posting Komentar